Tuesday, 5 May 2015

Masa Depan Cloud Adalah Hybrid

Andre Siswanto


Jakarta - Saat ini, topik seputar komputasi cloud tidak lagi membahas tentang model penerapan apa yang akan menjadi pilihan bagi enterprise. Yang sekarang banyak dibahas di kalangan industri adalah topik-topik yang lebih strategis tentang komputasi cloud.

Seperti contoh, bagaimana perusahaan dapat menggabungkan komputasi cloud dengan sistem IT on-premise yang sudah ada, menjadi satu kesatuan arsitektur hybrid yang dapat berjalan secara mulus?

Melihat perkembangan tersebut, aman untuk dikatakan bahwa hybrid akan menjadi standar arsitektur IT di dunia. Bahkan menurut data riset dari Vanson Bourne, semakin banyak perusahaan di dunia (termasuk di Indonesia) yang sudah mulai beralih dari server konvensional ke hybrid cloud, baik yang mengombinasikan cloud publik maupun privat.

Selain itu, hasil riset tersebut juga menyebutkan bahwa sejak dua tahun lalu, adopsi hybrid cloud telah tumbuh sebesar 9%. Mengapa mereka mengambil langkah demikian?

Alasannya cukup sederhana, karena implementasi hybrid cloud di perusahaan dapat meningkatkan fleksibilitas dalam merespons tantangan bisnis dan memanfaatkan peluang untuk menciptakan inovasi baru.

Menurut riset dari CIO, faktor utama yang mendorong perusahaan memilih model hybrid cloud karena waktu yang dibutuhkan untuk bisa menyediakan layanan kepada pelanggan menjadi semakin cepat secara signifikan. Selain itu, kemampuan disaster recovery yang cepat juga menjadi salah satu faktor yang penting.

Meskipun banyak kelebihan yang dapat diberikan oleh arsitektur ini, namun banyak perusahaan belum bisa mengoptimalkan pemanfaatannya. Penyebab utamanya adalah cloud masih belum terkoneksi sepenuhnya dengan data center on-premise.


Maksudnya, keduanya diperlakukan secara terpisah, data center yang berada di cloud masih diperlakukan sebagai pusat data yang berdiri sendiri, belum dapat benar-benar terhubung dengan pusat data on-premise.

Untuk dapat mengoptimalkan infrastruktur hybrid, perusahaan harus mampu menjahit kedua jenis infrastruktur yang ada, baik on-premise maupun cloud, menjadi satu kesatuan yang dapat berjalan secara mulus.

Bagaimana caranya? Dengan tidak mengkotak-kotakkan aplikasi, keamanan, ketersediaan, identitas, dan akses di antara kedua infrastruktur tersebut. Kesemua hal tersebut haruslah mampu bergerak secara bebas bersama dengan application service di seluruh infrastruktur perusahaan.

Yang tidak kalah penting untuk dipahami adalah sistem keamanannya. Meningkatnya mobilitas aplikasi, dimana aplikasi berpindah-pindah dari on-premise ke cloud ataupun sebaliknya, membuat akses menjadi semakin rentan terhadap berbagai serangan, seperti serangan DDoS. Hal tersebut membuat kebijakan keamanan tradisional tidak lagi mampu menjamin keamanan.

Dengan semakin meningkatnya penerapan infrastruktur hybrid, perusahaan membutuhkan solusi yang dapat membantu mereka mengoptimalkan model infrastruktur tersebut -- dengan tidak lagi memberlakukan infrastruktur on-premise dan cloud sebagai hal yang terpisah.

0 comments: