Menurut studi, multitasking (penugasan banyak dalam satu waktu) bisa mengacaukan performa kerja dan punya pengaruh buruk pada kerja otak. Riset Stanford University, semakin memperkuat bukti multitasking lebih tidak produktif dibanding menyelesaikan pekerjaan satu per satu.
Dilansir dari entrepreneur.com, Selasa
(31/3/2015), orang-orang yang kerap dibombardir dengan banyak sumber
komunikasi elektronik sulit fokus dan mengingat kembali informasi
dibanding mereka yang mengerjakan tugas satu persatu.
Keterampilan?
Bagaimana dengan mereka yang punya bakat dalam multitasking? Riset ini membandingkan grup yang kerap melakukan multitasking percaya hal itu akan meningkatkan performa mereka. Hasilnya, mereka yang melakukan multitasking berat justru lebih buruk saat multitasking dibanding mereka yang menyelesaikan tugasnya satu per satu. Ini disebabkan karena mereka yang kerap multitasking
bermasalah dalam mengorganisasikan pikirannya dan mem-filter informasi
yang tidak relevan. Pergantian dari satu tugas ke tugas lainnya pun
lebih lambat.
Multitasking Menurunkan IQ
Sebuah studi dari University of London menemukan, partisipan yang melakukan multitasking
di tugas kognitif mengalami penurunan skor IQ. Penurunan ini mirip
dengan yang ditemukan pada mereka yang merokok marijuana atau begadang.
Multitasking Menurunkan Kerja Otak
Dipercaya kerusakan kognitif dari multitasking sifatnya sementara. Namun riset terbaru membuktikan sebaliknya. Mereka yang melakukan multitasking
memiliki kepadatan otak yang lebih kecil di area anterior cingulate
cortex, region yang berfungsi mengontrol empati, kognitif, dan
emosional.
Belajar dari Multitasking
Anda yang kerap melakukan multitasking, sebaiknya
jangan dibiasakan. Ini akan memperlambat kinerja dan menurunkan
kualitas pekerjaan Anda. Walau tidak serta-merta mengakibatkan kerusakan
otak, kebiasaan multitasking akan memicu kesulitan yang sudah Anda alami dalam konsentrasi, organisasi, dan perhatian terhadap detail.
0 comments:
Post a Comment